Kamis, 05 Januari 2017

HAK DAN KEWAJIBAN ISTRI MENURUT ISLAM

Hak dan Kewajiban Istri Menurut Islam

Dalam Islam istri menempati posisi yang mulia. Ia adalah calon ibu. Rasulullah bersabda dalam sebuah hadits sahih bahwa ibu adalah sosok yang tiga kali lebih berhak untuk dihormati oleh anak dibanding ayah.
Istri juga memiliki beberapa hak yang menjadi kewajiban suami. Seperti, istri berhak mendapat maskawin. Dalam QS An-Nisa’ 4:4 Allah berfirman “Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan.” Disyariatkannya mahar salah satunya bertujuan untuk menyenangkan dan memuliakan istri.
Istri juga berhak mendapat nafkah dari suami. Dalam QS Al-Baqarah 2:233 Allah berfirman, “Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf.”  Ulama sepakat (ijmak) bahwa ayat ini menjadi dasar atas wajibnya seorang suami memberi nafkah pada istri. Tentunya nafkah yang dipikulkan ke pundak suami berdasarkan pada kemampuan suami seperti yang tersurat dalam QS Ath-Talaq 65:7 di mana Allah berfirman, “Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya”
Karena mendapat nafkah dari suami adalah hak seorang istri, maka dibolehkan bagi istri untuk mengambil haknya tersebut apabila suami tidak melaksanakan kewajibannya. Dalam sebuah hadits sahih riwayat Bukhari Muslim Rasulullah mengijinkan Hindun—seorang istri yang tidak mendapatkan nafkah dari suaminya yang bernama Abu Sofyan– untuk mengambil harta milik suami tanpa sepengetahuannya dengan catatan, mengambil seperlunya. Dalam bahasa Nabi, “Ambillah secukupnya dari harta suamimu untukmu dan anakmu.” (HR Bukhari no. 5049; Muslim no. 1714).
Istri juga berhak atas tempat tinggal karena itu menjadi kewajiban suami untuk memberikan tempat tinggal sesuai dengan kemampuan ekonominya. Allah berfirman dalam QS At-Talaq 65:6, “Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka.”
Dari tiga privelese (keistimewaan) berupa hak-hak yang dapat dinikmati seorang istri dan menjadi kewajiban seorang suami, maka sungguh akan tidak adil apabila tidak ada timbal balik pihak istri kepada suaminya. Karena, rumah tangga adalah kehidupan mutual. Saling memberi dan saling menerima. Bersamaan dengan hak, tentu ada juga kewajiban istri. Beberapa kewajiban seorang istri antara lain adalah:
Pertama, taat suami.  Karena suami adalah pemimpin rumah tangga, maka wajar kalau ia adalah sosok figur yang memegang kendali. Apapun perintahnya harus diataati selagi tidak bertentangan dengan syariah. Termasuk juga harus menuruti permintaan suami apabila suami meminta berhubungan intim.
Kedua,  tidak keluar rumah tanpa ijin suami. Bahkan seandainya untuk menjenguk orang tua yang sedang sakit. Alasannya, menurut madzhab Syafi’i dan Hanbali, karena taat pada suami itu wajib maka tidak boleh meninggalkan perkara wajib untuk melakukan hal yang tidak wajib. Suami juga berhak untuk melarang istri untuk tidak menemi orang yang tidak disukainya.
Ketiga, pendisiplinan (ta’dib). Suami berhak untuk mendisiplinkan istri apabila istri tidak menaati perintah suami. Hak ini jelas tercantum dalam QS An-Nisa 4:34, “Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka.” Dalam ayat ini jelas disebutkan bahwa mendisiplinkan istri hendaknya melalui 3 tahap yaitu nasihat, pisah ranjang dan baru hukuman fisik. Pemukulan hendaknya dilakukan dalam keadaan yang darurat dan tidak masuk level KDRT (kekerasan dalam rumah tangga) dan dengan tujuan untuk memberikan istri peringatan dengan kasih sayang.
Mas Piere Belajar Nulis

Rabu, 04 Januari 2017

Shalat kita....

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuhu..

Apa Kabar Bro and Sist???Smoga selalu dalam keadaan sehat..

Ini adalah Posting pertama Mas Piere yang lagi belajar nulis di Blog. Semoga berkenaan dan bermanfaat buat Bro and Sist sekalian ya.....

SHALAT KITA....


Shalat pada dasarnya adalah tiang agama yang bisa mencegah kita untuk berbuat maksiat dan zolim.


"Dirikanlah Shalat, sesungguhnya Shalat mencegah perbuatan keji dan mungkar" (QS. Al-Ankabut:45).


Namun Bagaimana dengan Shalat kita??


Shalat tapi masih pemarah??


Shalat tapi masih sombong??


Shalat tapi masih tidak tenang??


Shalat tapi masih berzinah??


Shalat tapi masih melakukan perbuatan maksiat dan zolim??


Apa yang salah?? Siapa yang salah??


Bukan Shalat kita yang salah, namun Cara kita mengamalkan Shalatnya yang salah.


Kenapa Salah??


Karena Eh Karena.....

Shalat kita masih lalai

Kita belum faham bacaan dan makna bacaan Shalat


Hati kita tidak ikut Shalat


Kita tidak sadar bahwa Shalat berarti kita sedang menghadap Allah, Sang Pencipta, Sang Penguasa, Pemilik dan Pengatur Alam Semesta dengan segala isinya.


Kita tidak sadar Bahwa Shalat berarti kita sedang di Tatap Allah, sehingga kita tidak bisa merasakan Getaran Kesenangan, Kebahagiaan dan Kedahsyatan Shalat.


Jadi Shalatnya seperti orang yang "Mabuk", berkata, berbuat tetapi tidak sadar akan apa yang dikatakan dan apa yang dilakukan. Takbir, Ruku', Sujud, tetapi tidak sadar kalo kita sedang Shalat, bahkan parahnya kita lupa sudah raka'at keberapa..


bener ga Bro and Sist??hehehe


Shalat yang seperti ini lah yang tidak membawa perubahan yang baik untuk diri kita. "Celakalah orang-orang yang Shalat yang mereka lalai dalam Shalatnya" (QS: Al-Ma'un: 5) 


Nah Bro and Sist ini adalah ciri-ciri orang Shalat yang lalai dalam Shalatnya (Versi Mas Piere ya!!):



  • Shalatnya Buru-buru ingin segera selesai karena suatu hal (takut kelewat film, takut kemaleman, takut  telat datang janjian, takut pacar marah, dll)
  • Tidak memahami bacaan Shalatnya (panjang pendek bacaannya, arti bacaannya, dll)
  • Suka mengakhirkan waktu Shalat (Magrib diwaktu mendekati Isya', Zuhur diwaktu mendekati Ashar)
  • Make baju seadanya, padahal kalo kita ke kantor atau mau jalan-jalan ke Mal selalu menggunakan baju yang Bagus, Tapi saat Shalat hanya menggunakan baju yang seadanya. Saat Shalat adalah saat kita bertemu Allah Sang Pencipta, Sang Penguasa, Raja dari segala Raja, masa make baju seadanya, sedangkan ketemu bos yang manusia aja kita pake baju rapih. Malu atuh Bro and Sist...😁😁
  • Malas Berjamaah ke Masjid. Nah buat para Mas Bro sebaiknya Shalat berjamaah di Masjid, terutama pada waktu Subuh, Zuhur dan Isya.
  • Selesai Shalat langsung beranjak pergi. Nah ini nih Bro and Sist cirri orang yang ga pernah berdoa sama Allah. Setelah Shalat adalah waktu yang baik untuk berdoa.  Ya ga Bro and Sist??😁😁

Oleh karena itu bro and sist skalian, mari kita perdalam lagi ilmu kanuragan eh ilmu Agama dan Shalat kita, mulai dari Syarat Sah nya Shalat, Rukun Shalat, Bacaan Shalat, Makna Bacaan Shalat, Keistimewaan Shalat dan Rahasia Shalat dan sadarilah Bro and Sist bahwa saat Shalat, kita sedang berhadapan dengan Sang Khalik, Allah Azza Wa Jalla yang tahu dan sangat kenal dengan kita. Inilah yang disebut Khusyu', memahami, menghayati dan menghadirkan Allah yang selalu menatap, dan mendengar dalam Shalat kita. Lalu mana mungkin bisa maksiat yang ditatap-Nya? bagaimana bisa dusta yang didengar-Nya? "Allah memperhatikan engkau saat berdiri dalam Shalat, ruku', dan Sujud. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui" (QS: Asy Syu'aro: 218-220). Pilihan kita cuma satu Bro and Sist, yaitu Sungguh-sungguh Taat Kepada Allah SWT. 

Semoga kita menjadi Penegak Shalat dengan kemuliaan ahlak. Semoga Allah selalu melindungi kita dengan segala keberkahan-Nya. Aaammmiiiinn...

Wassalammu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuhu.

Mas Piere Belajar Nulis😇😇